Senin, 05 Januari 2015

Budaya dan Nilai Philosophy Perusaaan


Budaya adalah satu set nilai, penuntun kepercayaan akan suatu hal, pengetian dan cara berpikir yang dipertemukan oleh para anggota orgaanisasi dan diterima oleh anggota baru seutuhnya. (W. Jack Duncan dalam “Organizational Culture: Getting a Fix on an Elusive Concept”, Academy of Managemenr Executive 3 – 1989).

Tujuan budaya adalah untuk melengkapi para anggota dengan rasa (identitas) organisasi dan menimbulkan komitmen terhadap nilai-nilai yang dianut oleh organisasi. Namun dalam proses selanjutnya seorang praktisi PR turut mengemban misi untuk mengembangkan dan memelihara budaya perusahaan.

Sedangkan budaya perusahaan pada sisi yang sama merupakan penerapan nilai-nilai dalam suatu masyarakat yang terikat bekerja di bawah naungan suatu perusahaan. Budaya perusahaan umumnya terdiri atas dua lapisan. Lapisan pertama adalah lapisan yang umumnya mudah dilihat dan sering dianggap mewakili budaya perusahaan secara menyeluruh. Lapisan pertama ini disebut Visible Artifacts. Lapisan ini terdiri atas cara orang berperilaku dan berdandan. Termasuk pula simbol-simbol yang dipakai, kegiatan protokoler (seremonial), dan cerita-cerita yang sering dibicarakan oleh para anggota. Ini sering disebut sebagai identitas.

Namun demikian, Visible Artifacts tidaklah ada begitu saja. Ia hadir mewakili nilai-nilai yang lebih dalam dari para anggota. Lapisan ke dua yang lebih dalam itulah yang sesungguhnya disebut budaya. Ini terdiri atas nilai-nilai pokok, filosofi, asumsi, kepercayaan, dan proses berpikir dalam perusahaan.
Untuk mengartikan budaya perusahaan, seorang praktisi PR dapat melakukan analisis yang dimulai dari Visible Artifacts, kemudian melakukan penelusuran terhadap pidato pendiri, wawancara yang dimuat di media massa, kejadian penting yang menyebabkan perusahaan harus megnambil tindakan drastis, sejarah perusahaan, dan mission statemnet perusahaan.
Dalam mengartikan budaya perusahaan, seorang praktisi PR perlu agak berhati-hati membaca hal-hal yang visible. Pemberian award yang sama jenisnya terhadap karyawan di perusahaan yang berbeda bisa berati lain. Di perusahaan A, pemberian award dimaksudkan untuk menciptakan iklim kompetisi sesama karyawan sehubungan dengan persaingan yang ketat dalam industri. Sementara di perusahaan B, pemberian award dimaksudkan agar karyawan betah bekerja dan terutama ditujukan secara kelompok.
Budaya Perusahaan dan Strategi Manajemen.

Meskipun berada di luar jangkauan praktisi PR, ada baiknyan praktisi PR memahami bahwa pada level atas perusahaan, budaya perusahaan dirumuskan oleh pimpinan perusahaan dengan memperhatikan unsur-unsur di luar perusahaan (lingkungan).
Dalam merumuskan strategi perusahaan, organisasi didesain dengan mengembangkan budaya yang cocok dengan keadaan lingkungannya. Hubungan yang pas antara nilai-nilai budaya, strategi perusahaan dan lingkungan bisnis dapat memperkuat keberhasilan perusahaan (Daniel R. Denison).

Suatu studi yang dilakukan oleh Profesor Daniel R. Denison, menunjukkan bahwa ada empat jenis budaya yang dapat dikembangkan perusahaan sehubungan dengan strategi dan keadaan lingkungan.

 Kategori yang dikembangkan oleh Denison, didasarkan oleh dua faktor, yaitu:
1. Keadaan lingkungan kompetitif memerlukan tindakan: mengubah atau mendiamkan.
2. Fokus strategi:internal dan eksternal

Hubungan antara Lingkungan dan Strategi Manajemen terhadap Budaya Perusahaan
1. Budaya Adaptasi
Budaya adaptasi ditandai oleh lingkungan yang tidak stabil dengan strategi terfokus pada kegiatan eksternal. Pada budaya adaptasi ini orang-orang di dalam perusahaan diarahkan agar dapat mendukung kapasitas organisasi untuk menangkap tanda-tanda dan menafsirkan tindakan terhadap perubahan lingkungan ke dalam perilaku baru.
Perusahaan yang menganut budaya ini memerlukan respons yang segera untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Umumnya budaya ini dianut perusahaan elektronik, pemasaran, fashion goods, dan produsen kosmetik.

2. Budaya Misi
Budaya ini ditandai oleh keadaan lingkungan yang relatif stabil. Dalam keadaan lingkungan yang stabil, perusahaan mulai memperhatikan orang-orang di luar perusahaan. Tujuannya adalah untuk menyebarkan visi perusahaan kepada khalayak. Visi tersebut memberi arti bagi para anggota dengan mendefinisikan secara jelas perannya dalam perusahaan. Orang-orang di dalam perusahaan percaya bahwa misi perusahaan adalah untuk melayani orang.

3. Budaya Partisipatif
Budaya ini memfokuskan perhatiannya kepada keterlibatan seluruh orang dalam perusahaan terhadap perubahan lingkungan yang cepat (unstable). Perusahaan membangkitkan inisiatif para karyawan agar terlibat dalam kebersamaan melalui rasa tanggung jawab dan rasa memiliki, dan komitmen yang tinggi terhadap perusahaan. Umumnya perusahaan mengijinkan karyawan bekerja tanpa jam kerja rutin sehingga karyawan bisa mengatur sendiri jadwalnya dan bersedia bekerja hingga larut malam. Rasa kepemilikan dikembangkan melalui profit-sharing atau gain-sharing (kepemilikan saham secara berkelompok seperti dalam koperasi).

4. Budaya Konsisten
Budaya ini dikembangkan dalam keadaan lingkungan yang stabil. Dalam keadaan itu, perusahaan memfokuskan strateginya ke arah internal perusahaan. Simbol, kepahlawanan, dan protokoler yang didesain oleh praktisi PR dimaksudkan untuk mendukung kerjasama, tradisi, dan mengikuti kebijakan perusahaan mencapai sasaran tertentu. Di dalam perusahaan ini, keterlibatan/partisipasi individu tidak terlalu menonjol, tetapi diimbangi dengan niat baik untuk menyesuaikan diri (conformity) dan kerjasama antara anggota. Keberhasilan perusahaan ditimbulkan oleh hubungan antara bagain-bagian dan manusianya yang saling berpadu dan efisien.
Bagaimana PR Memanfaatkan Budaya Perusahaan?
Seorang praktisi PR yang profesional bisa saja gagal menjalankan perannya dengan baik di suatu perusahaan karena ia tidak megnenal budaya yang dianut di perusahaan itu. Lebih sukar lagi bila teryata budaya yang dianut oleh orang itu ternyata tidak cocok dengan budaya perusahaan yang ditanganinya. Oleh karenanya penting sekali seorang praktisi PR megnenal betul budaya perusahaan yang ditanganinya.



Untuk mengembangkan pekerjaannya, seorang praktisi PR dapat mengembangkan kegiatan komunikasi dalam perusahaan dengan alat-alat sebagai berikut:
 
1. Simbol
Simbol sering disebut identitas perusahaan, apakah berbentuk logo perusahaan atau lambang lainnya. Belum lama ini banyak perusahaan yang mengganti logo dan simbol perusahaan dengan memberi arti yang lebih bermakna atas kehadirannya di dalam lingkungan. Misalnya BNI 46, yang mengganti logonya menjadi Bank BNI dengan gambar bahtera di tengah samudra; Garuda Indonesia dengan logo garuda berwarna biru (sebelumnya berwarna merah, dengan logo yang lebih ruwet), dan sebagainya. Simbol-simbol itu selain dimaksud agar lebih mudah diingat oleh konsumen juga agar dijiwai oleh segenap karyawannya.
Simbol menjadi lebih penting bagi perusahaan yang bergerak di sektor jasa yang menjaga pelayanan, kredibilitas dan keramahan manusia di dalamnya.
Contoh lain yang menggunakan simbolmadalah perusahaan rokok PT Gudang Garam yang berkantor pusat di Kediri. Pada logo perusahaan tergambar sebuah gudang garam tua dengan dua pintu terbuka, dua lainnya setengah terbuka, dan satu pintu tertutup sama sekali. Menurut almarhum Suryo Wonowijoyo, pendiri PT Gudang Garam, logo iyiu menunjukkan kerja keras yang tidak pernah berhenti. “Kalau terbuka semua, kami beranggapan sudah usai , sudah puncak”.

2. Bahasa
Banyak pula perusahaan yang menggunakan bentuk bahasa slogan, moto, filosofi, dan bentuk-bentuk lainnya, untuk memberi arti tertentu kepada karyawannya. Bentuk-bentuk ini digali dari para pendiri yang berperan sebagai pimpinan spiritual perusahaan.Bila mereka telah tiada, seorang praktisi PR dapat menggalinya dari pidato pendiri atau wawancara yang pernah dimuat di media massa.
Dakam merumuskan butir-butir tersebut, seorang praktisi PR harus dapat memisahkan antara nilai-nilai yang dianutnya dengan nilai-nilai yang dianut pendiri. Selain itu, dapat pula dirumuskan nilai-niali yang sesuai dengan karakter industri yang bersangkutan (stabil ataua tidak stabil). Yang terakhir ini lebih banyak dilakukan dalam bentuk moto.
Beberapa contoh penggunaan bentuk bahasa yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
• Pada tahun 1980, Don Burn,mantan CEO Texas-Airlines yang berhasil membuat Texas bangkit dari kerugian, mendirikan perusahaan penerbangan regional di Amerika Serikat yang diberi nama People Express. Ia memberi nama perusahaannya demikian karena sadar bahwa manusia unsur terpenting dalam menjual jasa. Ia mengembangkan perusahaan atas dasar kepercayaan bahwa manusia pada dasarnya baik dan dapat dipercaya. Mereka akan menjadi produktif bila memperoleh pelatihan yang sesuai, dan digaji secara layak. Nama People Express mewakili ide tersebut.
• Di Caterpillar belakangan dikembangkan budaya pelayanan kepada konsumen karena persaingan yang ketat dari traktor buatan Jepang, dan karena harga sebuah traktor sangat mahal, manajemen mengembangkan jaminan pelayanan suku cadang di seluruh dunia dalam tempo 2 x 24 jam (48 hours delivery guarantee).
Tugas seorang praktisi PR di Caterpillar antara lain adalah mentransfer objective perusahaan dalam customer service kepada bentuk-bentuk yang lebih operasional. Salah satu di antaranya adalah merumuskan pesan-pesan customer service kepada seluruh staf perusahaan.

 Pesan-pesan itu ditampilkan dalam slogan-slogan sebagai berikut:
Customers are not dependent on us …
We are dependent on them.
Customers are not an interuption on our work…
They are the purpose of it.
We are not doing a favor by serving them…
They are the doing us a favor by giving us the opportunity to do so…
Customers may not always be right…
But they are always customers…
What is customer?
The next person who depends on your job.

PT. Kompas Gramedia, penerbit harian Kompas dan sejumlah media cetak lainnya, telah mengembangkan filosofi perusahaan. Kepada setiap karyawan yang baru masuk, selalu ditanamkan falsafah kejujuran, rendah hati dan kebersamaan.

3. Ritus dan Seremoni
Seorang praktisi PR dapat mengembangkan budaya perusahaan melalui penggunaan acara-acara tertentu (ritus dan seremoni). Acara-acara didesain dengan memberi bobot manfaat bagi para anggota perusahaan, sebab pada acara itu akan hadir segala lapisan posisi dalam perusahaan dan hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi perusahaan untuk menanamkan suatu nilai. 

Ada empat macam bentuk ritus yang dapat dikembangkan oleh seorang praktisi PR (Harrison M Trice and Janice M. Beyer – 1984):
a. Ritus Penerimaan
Acara ini didesain untuk memberi orientasi kepada anggota baru, sebagai masa transisi bagi seseorang untuk memasuki nilai-nilai sosial baru dan status baru.
b. Ritus Penguatan
Ritus ini diselenggarakan untuk mengingatkan seseorang bahwa ia telah memasuki kedudukan yang agak senior dalam perusahaan. Tujuannya adalah memperteguh identitas sosial dan meningkatkan status karyawan. Biasanya dilakukan dengan pemberian award tertentu.
c. Ritus Pembaruan
Acara ini dilakaukan dengan maksud meningkatkan kemampuan seseorang lewat suatu program pelatihan berjenjang yang sangat kompetitif dan berjangka cukup lama. Pembaruan akan meningkatkan disiplin dan rasa telah melewati babak baru.
d. Ritus Integrasi
Dilakukan dengan maksud untuk menciptakan iklim dan perasaan kebersamaan diantara karyawan dan menimbulkan komitmen terhadap organisasi. Misalnya mengadakan tur untuk seluruh anggota keluarga karyawan ke luar kota setahu dua kali, mengadakan pesta Natal atau Lebaran bersama-sama dan sebagainya.
Selain ritus-ritus tersebut diatas, masih dapat dikembangkan ritus-ritus lain. Misalnya ritus perpisahan, ritus prestasi, ritus kepahlawanan (penyelamatan).

4. Kisah
Kisah adalah suatu narasi berdasarkan kejadian sebenarnya dengan beberapa dramatisasi di dalamnya. Dramatisasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan apresiasi anggota baru terhadap nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan dengan memunculkan pahlawan, legenda (historis), aatau malahan mitos (tidak berdasarkan fakta yang sebenarnya).
Kisah-kisah itu dibiarkan hidup secara informal dan terkadang diangkat dalam pidato direksi atau tulisan di beultin internal dengan tujuan menimbulkan nilai tertentu. Beberapa contoh adalah sebagai berikut:
• Di Minnesota Mining and Manufacturing (3M) pimpinan puncak perusahaan membiarkan tumbuhnya cerita di kalangan karyawannya yang isinya sebagai berikut. Seorang Hero yang bekerja pada sebuah proyek menghasilkan produk baru yang sangat baik. Namun kemudian gagal dipaarkan karena atasannya menilai produk itu tidak layak jual.
Ide cerita ini dimaksudkan untuk menimbulkan iklim inovatif bagi karyawan agar tidak patah semangat bila idenya gagal di tengah jalan. 3M adalah sebuah perusahaan yang sangat inovatif dan memiliki ribuan produk,mulai dari selotip, kacamata sampai overhead projector.
• Di sebuah perusahaan penerbitan, pimpinan redaksinya mendesain sebuah cerita yang kemudian beredar bahwa seorang karyawan dipecat gara-gara ketahuan menerima amplop. Dalam penerbitan pers, kejujuran wartawan adalah harta perusahaan yang tidak ternilai.
(sources:customerrelations.wordpress)